Sampang, 1 November 2025 – Praktik perjudian sabung ayam kembali marak di wilayah Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Kali ini, aktivitas ilegal tersebut berlangsung di Desa Batoporo Barat, Kecamatan Kedungdung, meski lokasi itu sebelumnya pernah digerebek dan bahkan dibakar oleh pihak kepolisian.
Warga sekitar mengungkapkan bahwa arena sabung ayam kembali ramai pada 24 Oktober 2025, dengan suara ayam aduan dan sorakan penonton terdengar jelas hingga ke pemukiman warga. Kondisi ini memunculkan tanda tanya besar mengenai komitmen penegakan hukum terhadap praktik perjudian yang telah lama meresahkan masyarakat.
“Sudah sering dibubarkan, tapi beberapa minggu kemudian buka lagi. Seolah tidak ada efek jera,” ungkap salah satu warga setempat yang enggan disebut namanya.
Penggerebekan Pernah Dilakukan Polres Sampang
Sebelumnya, Polres Sampang sempat mengungkap kasus serupa di Desa Tlagah, Kecamatan Banyuates, pada 29 Desember 2024.
Kapolres Sampang, AKBP Hendro Sukmono, menyampaikan bahwa operasi tersebut merupakan bagian dari program seratus hari kerja Presiden Prabowo Subianto, sekaligus tindak lanjut dari laporan masyarakat dan tokoh agama.
Dalam penggerebekan itu, polisi mengamankan 8 orang tersangka serta 35 kendaraan bermotor. Beberapa pelaku kedapatan membawa senjata tajam dan dijerat pasal berlapis, sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dan Pasal 303 KUHP tentang tindak pidana perjudian.
“Kami menindak tegas semua bentuk perjudian, apapun bentuknya, termasuk sabung ayam,” tegas AKBP Hendro Sukmono kala itu.
Kasus Serupa Terjadi di Sumenep
Fenomena serupa juga ditemukan di wilayah Kabupaten Sumenep. Pada 21 September 2023, Polres Sumenep melakukan penggerebekan di Dusun Galbandung, Desa Gapurana, Kecamatan Talango.
Dalam operasi tersebut, 13 orang pelaku diamankan bersama sejumlah barang bukti terkait praktik judi sabung ayam.
Publik Desak Penindakan Konsisten
Maraknya kembali praktik sabung ayam di Sampang menjadi sorotan masyarakat. Mereka berharap aparat kepolisian lebih konsisten menindak dan menutup permanen arena perjudian, agar tidak kembali mencederai rasa keadilan publik.
“Kalau terus dibiarkan, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan pada penegakan hukum,” kata seorang tokoh masyarakat Kedungdung.
Reporter: Kres
Editor: Redaksi Infonesianews
